TANJUNG REDEB — Kawasan Rajanta, yang sebelumnya menjadi lokasi kebakaran permukiman di Ujung Tepian Ahmad Yani, Kelurahan Bugis, kini memasuki babak baru. Lahan seluas kurang lebih 8.000 meter di dekat dermaga tersebut dirancang jadi pusat kegiatan sosial dan wisata.

‎Program ini digarap oleh Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim) sebagai salah satu strategi membangkitkan kawasan terdampak bencana dengan pendekatan pembangunan kota berbasis pemulihan sosial.

‎Alih fungsi lahan dilakukan dengan mempertimbangkan potensi ekonomi dan aktivitas masyarakat yang telah ada di wilayah Rajanta.

‎Pejabat Fungsional Teknik Penyehatan Lingkungan Ahli Muda Disperkim Berau, Anang Wahananto, menilai transformasi ini bukan sekadar mempercantik kota, melainkan menciptakan ruang bersama yang berdampak langsung pada warga.

‎“Tujuannya bukan hanya estetika. Ruang publik yang dibangun nanti diharapkan menjadi pusat interaksi masyarakat, kegiatan ekonomi, dan rekreasi,” jelasnya, Kamis (13/11/2025).

‎Letak Rajanta dinilai sangat strategis karena berada di jalur lalu lintas Tanjung Redeb–Gunung Tabur dan diapit oleh kawasan kuliner serta pusat aktivitas warga. Dengan memaksimalkan potensi tersebut, pembangunan kawasan dipercaya mampu menghidupkan ekonomi lokal.

‎Disperkim juga menargetkan keterhubungan Rajanta dengan Tepian Segah dan Tepian Teratai melalui koridor wisata sungai yang saling terintegrasi.

‎“Kami ingin pergerakan masyarakat dan wisatawan terpusat dan saling terkoneksi, bukan terbagi-bagi,”tegas Anang.

‎Konsep kawasan meliputi area parkir, dermaga wisata, amfiteater, kafe, ruang baca, taman bermain, menara pandang, hingga promenade dengan tanaman khas tepian sungai.

‎”Keberadaan fasilitas ini ditujukan untuk menarik aktivitas publik tanpa menghilangkan fungsi dermaga sebagai akses transportasi,” ujarnya

‎Meskipun Detail Engineering Design (DED) telah rampung sejak 2024, proyek belum dapat dimulai karena masih menunggu pembebasan lahan oleh Dinas Pertanahan serta pembangunan turap sungai oleh Balai Wilayah Sungai Kalimantan V.

‎“Dari sisi desain darat, semuanya siap. Tapi konstruksi tidak bisa berjalan sampai lahan benar-benar clear and clean, termasuk penguatan sempadan sungai,” ujar Anang.

‎Proyek ini diperkirakan menghabiskan anggaran sekitar Rp40 miliar melalui APBD Berau, dan pemerintah membuka peluang kerja sama dengan pihak eksternal guna mempercepat realisasi.

‎Anang berharap pembangunan ruang publik Rajanta dapat menjadi momentum pemulihan kawasan terdampak bencana sekaligus mengarah pada pertumbuhan ekonomi berbasis keramaian masyarakat.

‎“Kalau nanti sudah terbangun, Rajanta akan jauh berbeda dari sebelumnya. Dermaga tetap berfungsi, tetapi tampil sebagai ruang publik modern yang layak dikunjungi,” tutupnya. (Adv/Akm)