TANJUNG REDEB – Stunting menjadi salah satu masalah yang terus menjadi perhatian, mulai dari pusat, provinsi hingga kabupaten. Untuk Kabupaten Berau sendiri, angka stunting yang masih cukup tinggi juga menjadi fokus utama.

Di masa kepemimpinan Sri Juniarsih, kasus stunting menjadi keseriusan yang terus diupayakan agar angkanya bisa turun. Bahkan, di setiap kesempatan saat melakukan kunjungan baik di kecamatan maupun kampung, dirinya aktif mengajak masyarakat untuk datang ke posyandu.

“Karena posyandu jadi ujung tombak. Dengan mendatangi posyandu, maka perkembangan pertumbuhan anak akan terlihat. Dan dari situlah juga akan terlihat pula apakah si anak ini memiliki gejala menuju ke arah stunting atau tidak, sehingga bisa dilakukan pencegahan,” ungkap Sri Juniarsih.

Diketahui, pada tahun 2023 lalu di Kecamatan Gunung Tabur terdapat tiga kampung yang menjadi Lokasi Khusus (Lokus) stunting, karena tingkat prevalensi stunting yang tinggi, yakni Kampung Gunung Tabur 30,09 persen, Maluang 33,75 persen dan Melati Jaya 28,57 persen.

Dimana untuk angka anak stunting di Gunung Tabur sebanyak 96 anak, Maluang 81 anak dan Melati Jaya 20 anak. Kemudian jumlah keluarga yang berisiko stunting di Kampung Gunung Tabur sebanyak 684 keluarga. Angka tersebut menjadi yang tertinggi ketiga se-Kabupaten Berau, setelah Kecamatan Sambaliung dan Tanjung Redeb.

Menurutnya, upaya-upaya intervensi spesifik khususnya pada gizi ibu hamil sangat perlu dilakukan. Sehingga, peran aktif dari Posyandu dan Puskesmas sangat dinantikan dalam memberikan edukasi dan pendampingan gizi pada ibu hamil.

“Kita dapat mengoptimalkan angka kunjungan, pengukuran, pemberian makanan tambahan dan penyuluhan serta bekerja sama dengan tenaga kesehatan. Makanya saya selalu mengingatkan dan mengajak para ibu ke posyandu, karena sangat penting,” imbuhnya.

Prevalensi stunting di Kecamatan Tanjung Redeb yang merupakan ibukota kabupaten pun masih cukup besar yakni di angka 17,95%. Dan jumlah anak yang mengalami stunting sebanyak 28 anak, serta jumlah keluarga yang beresiko stunting sebanyak 735 keluarga.

Sri Juniarsih pun menganggap hal ini sangat serius, mengingat Kecamatan Tanjung Redeb merupakan ibukota kabupaten, yang penanggulangannya bisa melalui petugas puskesmas dan kader posyandu.

Namun, menurutnya penurunan stunting ini merupakan tugas bersama dalam arti memberikan pemahaman dan edukasi kepada orang tua yang memiliki balita atau remaja putri tentang penanggulangan stunting.

Intervensi stunting pun tidak hanya dilakukan pada bulan tertentu saja, tapi OPD terkait harus selalu melakukan intervensi setiap bulannya. Sri Juniarsih pun mengatakan akan memperkuat ibu bapak asuh anak stunting dalam teknis pendistribusian dan penerapan 8 aksi konvergensi.

Karena seharusnya penanganan stunting dimulai sejak usia remaja, calon pengantin, pasangan usia subur, ibu hamil, ibu menyusui, hingga 1.000 hari pertama kelahiran dan keluarga yang menerima manfaat.

“Harus dipastikan anaknya mengkonsumsi makanan bergizi karena masa keemasan anak sejak usia 0-6 tahun,” tegasnya.

Pemkab Berau pun berkomitmen akan terus aktif mendampingi posyandu, sebagai upaya intervensi spesifik dan pencegahan yang bisa dilakukan secara nasional. Dan upaya ini dilakukan mulai dari level posyandu dengan mengoptimalkan angka kunjungan, pengukuran lingkar kepala dan lengan anak, pemberian makanan tambahan, penyuluhan sampai bekerjasama dengan nakes.