Ekowisata Kampung Rotan Long Beliu: Menjaga Warisan Budaya dan Meningkatkan Kesejahteraan Lewat Potensi Alam
TANJUNG REDEB – Kampung Long Beliu, Kecamatan Kelay, kini menyambut era baru dengan meluncurkan Ekowisata Kampung Rotan yang diresmikan pada Kamis (16/1) oleh Asisten I Setkab Berau, Hendratno. Dengan luas potensi rotan mencapai 4.633 meter persegi, kampung ini menyadari besar manfaat yang bisa diberikan oleh rotan, baik bagi masyarakat maupun lingkungan.
“Rotan sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kalimantan, khususnya di Long Beliu. Ini adalah warisan budaya yang perlu dijaga dan dikembangkan,” ujar Hendratno dalam sambutannya. Kampung Long Beliu telah lama dikenal sebagai daerah penghasil rotan yang memiliki potensi luar biasa. Sebagai bagian dari pelestarian budaya dan alam, ekowisata ini menjadi langkah konkret untuk memajukan ekonomi lokal sekaligus menjaga kelestarian hutan.
Proyek ekowisata ini merupakan hasil kolaborasi antara Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), Pilar Indonesia, dan masyarakat setempat. Hendratno mengajak semua pihak, terutama Organisasi Perangkat Daerah (OPD), untuk mendukung Long Beliu dalam menjadikan rotan sebagai produk unggulan daerah. “Jangan biarkan potensi ini hanya dikenal di Berau, tetapi kita harus memperkenalkannya ke seluruh Indonesia,” tambahnya.
Sebagai bentuk apresiasi terhadap komitmen masyarakat, Hendratno juga menyampaikan terima kasih atas alokasi dana karbon dan dana kampung yang telah digunakan untuk pengembangan potensi rotan. Kampung Long Beliu kini tidak hanya dikenal dengan kekayaan alamnya, tetapi juga dengan kerajinan rotan yang telah diwariskan turun-temurun.
Kepala Kampung Long Beliu, John Patrik Ajang, menjelaskan bahwa peluncuran ekowisata ini adalah bagian dari upaya pelestarian hutan dan budaya setempat. Dana karbon yang diterima pada tahun 2024 digunakan untuk pelatihan kerajinan anyaman rotan serta memperkuat akses pasar untuk produk-produk lokal. “Kami berharap rotan dapat menjadi sumber pendapatan baru bagi masyarakat dan menjadi daya tarik bagi wisatawan,” ujar John.
Tidak hanya itu, pengembangan rotan juga mendukung program pelestarian hutan. Kampung Long Beliu memiliki potensi rotan yang tersebar di sekitar hutan kampung dan hutan desa, yang kini telah disahkan oleh SK Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 6259 Tahun 2024. Menurut John, rotan merupakan hasil hutan bukan kayu yang sangat mendukung ekowisata yang berbasis pada pelestarian alam.
Saat ini, Long Beliu memiliki 40 penganyam aktif yang menjadi bagian dari warisan budaya yang dijaga dengan penuh kebanggaan. Ke depan, ekowisata Kampung Rotan diharapkan dapat menjadi alternatif mata pencaharian yang menguntungkan bagi masyarakat, sekaligus memberikan dampak positif bagi konservasi alam. Namun, John menekankan pentingnya dukungan infrastruktur yang memadai untuk memajukan sektor ekowisata dan pengembangan produk rotan di daerah tersebut.
“Untuk mewujudkan semua ini, kami memerlukan dukungan dari pemerintah, swasta, dan lembaga lainnya. Kerjasama yang solid akan memastikan pengembangan rotan dan ekowisata di Long Beliu berjalan dengan baik,” pungkasnya.
Dengan semangat kebersamaan dan keberlanjutan, Long Beliu optimis ekowisata ini dapat menjadi model bagi desa-desa lain dalam mengelola potensi lokal secara bijak dan berkelanjutan. (mar)
