Krisis Personel dan Peralatan, Begini Perjuangan Damkar Berau di Tengah Keterbatasan
TANJUNG REDEB- Minggu dini hari (26/1/2025), di tengah guyuran hujan, situasi di Jalan Milono, Kelurahan Gayam, Kecamatan Tanjung Redeb, berubah menjadi momen mencekam. Kobaran api mengamuk tanpa ampun, mengancam rumah-rumah warga. Di tengah hiruk pikuk warga yang panik, tim pemadam kebakaran dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Berau datang dengan segala keterbatasan mereka.
Hanya 17 personel yang diterjunkan bersama 10 unit armada untuk melawan si jago merah. Askar Husairi, Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Berau, mengungkapkan bahwa jumlah itu termasuk personel yang seharusnya sedang libur.
“Itu sudah semua yang bisa kami kerahkan. Bahkan, personel yang libur pun kami turunkan untuk membantu,” ujarnya, mengenang situasi genting tersebut.
Namun, keterbatasan bukanlah hal baru bagi tim pemadam kebakaran di Berau. Total personel damkar di 13 kecamatan hanya 40 orang. Di markas utama di Tanjung Redeb, jumlahnya hanya 17 orang, sementara di Kecamatan Kelay, hanya satu personel yang tersedia.
Kondisi ini jelas berdampak pada kecepatan dan efektivitas dalam menangani kebakaran. “Apalagi kalau warga yang ikut membantu malah mengambil selang, itu membuat kami semakin kesulitan di lapangan,” tambah Askar.
Sejak awal berdirinya BPBD Berau, usulan untuk menambah personel telah berkali-kali diajukan. Namun, hingga kini, permintaan tersebut belum terealisasi. Selain kekurangan personel, unit pemadam kebakaran dan perlengkapan juga memprihatinkan. Sebagian besar masih menggunakan peralatan seadanya yang jauh dari standar modern.
“Kami berharap ada penambahan personel dan peralatan. Kalau ada musibah, penanganannya bisa lebih cepat dan maksimal,” tuturnya penuh harap.
Ketika api akhirnya berhasil dipadamkan, para petugas damkar menarik napas lega. Tetapi, perjuangan mereka belum usai. Dengan segala keterbatasan, mereka tahu tantangan serupa bisa datang kapan saja, menguji kemampuan, kesabaran, dan pengorbanan mereka lagi.
Kisah ini menjadi potret nyata perjuangan di tengah keterbatasan. Di balik seragam merah mereka, ada tekad besar untuk melindungi dan melayani, meski dunia mereka sendiri penuh dengan keterbatasan. (marta)
