TANJUNG REDEB– Menjelang musim hujan puncak yang diprediksi datang pada Januari dan Februari 2026, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Berau mengambil langkah strategis untuk menanggulangi wilayah-wilayah yang rentan mengalami genangan air, baik di kawasan perkotaan maupun daerah lain di Kabupaten Berau.

Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) DPUPR Berau, Hendra Pranata, mengatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan dua skema penanganan, jangka pendek dan jangka panjang. Menurutnya, persoalan banjir merupakan tantangan yang rumit dan tidak bisa diselesaikan secara instan dalam satu periode anggaran.

“Yang menjadi fokus kami adalah antisipasi banjir di awal tahun nanti, khususnya di Januari dan Februari. Ini memang masalah yang kompleks dan tak mungkin terselesaikan hanya dalam satu tahun anggaran saja,” jelas Hendra.

Sebagai langkah awal, DPUPR telah memetakan zona-zona yang sering terendam. Data ini akan menjadi pijakan untuk merancang solusi teknis, mulai dari proyek permanen hingga penanganan darurat yang bersifat temporer.

“Kami sudah punya peta yang menunjukkan titik-titik rawan banjir, sehingga kami bisa menyusun strategi yang tepat, baik untuk penanganan jangka panjang maupun jangka pendek,” imbuhnya.

Selain proyek besar seperti normalisasi sungai, perbaikan jaringan pembuangan air, dan peninggian titik-titik kritis, Bidang SDA juga mengintensifkan perbaikan drainase di dalam kota. Beberapa titik bahkan mulai menunjukkan hasil perbaikan, seperti di kawasan Perum BI, Jalan Albina, yang kini kondisinya mulai membaik.

Sementara itu, Kepala DPUPR Berau, Fendra Firnawan, menegaskan bahwa upaya preventif menjadi kunci utama dalam meminimalkan risiko banjir. Salah satu tindakan yang tengah digencarkan adalah pembersihan saluran air yang tersumbat sedimentasi, dengan melibatkan kolaborasi beberapa OPD terkait.

“Kami fokus pada langkah preventif, termasuk pembersihan parit yang selama ini tertutup lumpur dan sedimen. Ini kami lakukan bersama tiga OPD, agar saluran air bisa kembali lancar,” ujarnya.

Fendra menambahkan bahwa metode pembersihan tidak hanya dilakukan secara manual, tetapi juga akan menggunakan kombinasi teknologi seperti penyedotan lumpur, penyemprotan air bertekanan, dan pengerjaan dari dalam saluran air. Simulasi teknik ini akan segera diuji coba.

“Kita akan mencoba simulasi pembersihan dengan cara menyedot lumpur, menyemprotkan air bertekanan, dan pengerjaan langsung dari dalam saluran, supaya hasilnya maksimal,” katanya.

Seluruh program penanganan banjir di DPUPR Berau akan mengacu pada hasil review terbaru dari masterplan penanganan banjir Kabupaten Berau. Fokusnya meliputi normalisasi saluran, peningkatan kapasitas drainase, dan perbaikan sistem pembuangan air di titik-titik kritis.

“Intinya, kita mengerjakan normalisasi dan pembenahan jaringan drainase serta pembuangan air supaya penanganan banjir bisa efektif,” tandas Fendra.

Dinas tersebut optimistis kombinasi antara langkah jangka pendek dan jangka panjang akan mengurangi dampak banjir signifikan. Masyarakat pun diimbau untuk turut serta menjaga kebersihan saluran air dengan tidak membuang sampah sembarangan agar upaya pemerintah dapat berjalan optimal.

Bupati Berau, Sri Juniarsih, memberikan apresiasi terhadap upaya DPUPR yang dinilainya progresif dan tepat sasaran dalam menghadapi ancaman banjir.

“Penanganan banjir ini bukan hanya soal infrastruktur, tapi juga soal sinergi dan kesiapsiagaan bersama. Saya sangat mendukung langkah-langkah DPUPR yang sudah terencana dengan matang, baik dalam jangka pendek maupun panjang. Ini penting agar kita bisa melindungi masyarakat dari dampak buruk banjir sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan di Berau,” ujar Sri Juniarsih.

Ia juga menekankan pentingnya peran serta masyarakat dalam menjaga kebersihan dan kelancaran saluran air sebagai bagian dari solusi bersama.

“Kolaborasi pemerintah dan masyarakat menjadi kunci utama supaya upaya ini berjalan lancar. Mari kita jaga lingkungan dan saluran air kita, karena itu tanggung jawab kita semua,” tambahnya. (adv/yf)