Skripsi Terbakar, Kampus Beri Kelonggaran Bagi Mahasiswa Korban Kebakaran
TANJUNG REDEB – Kebakaran di gang Husada Jalan Milono Tanjung Redeb, meninggalkan duka bagi para korban. Belasan kepala keluarga kehilangan tempat tinggal. Salah satu korban bahkan harus meneguk pil pahit, lantaran tugas akhir atau skripsinya ikut hangus terbakar.
Andi Alan Nur Purnama, mahasiswa semester akhir Universitas Muhammadiyah Berau (UMB) ini tak hanya kehilangan rumah yang menjadi tempatnya berkumpul bersama keluarga. Skripsi yang menjadi salah satu syarat kelulusan kuliahnya, juga ikut terbakar dalam musibah kebakaran Jumat (21/2/2025) dini hari.
“Alhamdulillah satu koper berisi berkas penting sudah disimpan rapi, dan itu dibawa lari orangtua untuk diamankan. Tapi untuk baju, file skripsi saya semuanya hangus terbakar,” terangnya ditemui di lokasi kejadian.
Dari musibah ini, Andi mengaku masih bersyukur karena soft file dan laptop tempat mengerjakan skripsinya berhasil dibawa lari. Sehingga, masih ada kesempatan untuk mengerjakan ulang tugas akhirnya.
“Printer juga tidak sempat diselamatkan. Soft file dan laptopnya itu Alhamdulillah aman saya bawa. Tapi kalau yang diperlukan untuk dikumpul, itu sudah habis. Mau tidak mau mengulang dari awal,” tuturnya sembari menahan air mata.
Karena menyangkut masa depannya, Andi pun langsung memberikan kabar ini ke pihak kampus. Dan keringanan pun dia dapatkan, sembari mengerjakan kembali tugas akhirnya.
“Deadline penyerahannya itu di pertengahan bulan puasa atau bulan depan. Itu untuk persiapan sidang kedua. Tapi pihak kampus memahami dan memberikan kelonggaran. Skripsi saya bisa disetorkan agak lambat atau lewat deadline,” imbuh mahasiswa jurusan Manajemen UMB ini.
Untuk sementara, Andi bersama orangtuanya memilih tinggal di rumah keluarga bersama beberapa barang yang sempat diselamatkan. Pasalnya, saat kejadian posisi semua anggota keluarga sedang terlelap dan api menyambar dengan cepat.
“Yang bisa dibawa kami bawa. Apalagi kami juga tidak menyangka kalau api akan menyambar hingga ke seberang yaitu ke rumah saya. Tapi namanya musibah kita tidak tahu kapan dan seperti apa,” tuturnya.
Dirinya berharap, bantuan bisa cepat diberikan, baik berupa bantuan sosial, pakaian dan makanan. Apalagi korban yang terdampak juga banyak yang masih merupakan status pelajar. Tak hanya itu, posko bantuan pun diharapkan tak hanya satu posko di Depa gang. Karena jarak korban lumayan jauh dan berbeda RT, dimana seharusnya ada dua posko untuk Masing-Masing RT.(*)
