Harga Bawang Merah hingga Kopi Dongkrak Inflasi Berau Agustus 2025 ke 1,87 Persen
Tanjung Redeb – Laju inflasi di Kabupaten Berau pada Agustus 2025 tercatat sebesar 1,87 persen secara tahunan (year-on-year/y-on-y). Angka ini terlihat dari kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang bergerak dari 106,69 pada Agustus 2024 menjadi 108,69 pada Agustus 2025.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Berau, Yudi Wahyudin, menyebut pergerakan harga sejumlah komoditas masih menjadi faktor utama. “Perkembangan harga pada Agustus secara umum menunjukkan adanya kenaikan, meskipun tipis,” ujar Yudi dalam keterangan resmi.
BPS mencatat inflasi month-to-month (m-to-m) di Berau sebesar 0,04 persen. Sementara itu, inflasi year-to-date (y-to-d) atau sejak Januari hingga Agustus 2025 mencapai 1,33 persen.
Kelompok makanan, minuman, dan tembakau tercatat menjadi penyumbang terbesar dengan inflasi y-on-y 4,57 persen dan memberikan andil 1,32 persen terhadap inflasi total. Di dalam kelompok ini, subkelompok minuman tidak beralkohol menjadi yang tertinggi dengan inflasi 11,42 persen. Sedangkan subkelompok rokok dan tembakau mencatat kenaikan terendah, hanya 2,17 persen.
Beberapa komoditas dominan yang mendorong inflasi tahunan antara lain bawang merah dengan andil 0,28 persen, udang basah 0,18 persen, kopi bubuk 0,17 persen, ikan bandeng 0,13 persen, beras 0,10 persen, serta minyak goreng 0,09 persen.
Komoditas lain seperti daging ayam ras dan jagung manis masing-masing menyumbang 0,07 persen, sedangkan ikan tongkol, sigaret kretek mesin (SKM), dan kue basah menyumbang 0,06 persen.
Selain pangan, emas perhiasan juga tercatat sebagai salah satu pendorong inflasi di Berau, seiring tren kenaikan harga emas global yang ikut terpantau dalam IHK.
Sejumlah komoditas justru berperan menahan laju inflasi. Cabai rawit dan pisang, misalnya, masing-masing menyumbang deflasi 0,09 persen. Sayuran seperti kangkung tercatat -0,05 persen, sedangkan tempe, bayam, dan sawi hijau masing-masing -0,03 persen. Telur ayam ras, buncis, ketimun, dan wortel juga ikut menekan inflasi, masing-masing -0,02 persen.
Untuk inflasi bulanan (m-to-m), kelompok makanan, minuman, dan tembakau malah mengalami deflasi 0,17 persen. Hal ini terutama dipicu turunnya harga tomat (-0,41 persen), cabai rawit (-0,07 persen), serta kangkung dan cabai merah (masing-masing -0,04 persen).
Namun, sejumlah komoditas masih mendorong inflasi bulanan. Bawang merah mencatat andil 0,12 persen, beras 0,10 persen, dan ikan bandeng 0,06 persen.
Menurut Yudi, dinamika harga di Berau sangat dipengaruhi faktor musiman dan ketersediaan pasokan. “Beberapa komoditas pangan strategis masih menjadi penentu utama pergerakan inflasi. Lonjakan dan penurunan harga tidak lepas dari pola konsumsi masyarakat dan distribusi barang di pasar,” ujarnya.(akmal)
