TANJUNG REDEB – Berau kini tak hanya fokus pada jagung dan kakao. Komoditas kelapa juga mulai dilirik jadi andalan baru. Dinas Perkebunan (Disbun) terus mendorong pengembangannya, terutama untuk mengganti pohon kelapa tua yang sudah susah dipanen.

‎Kepala Disbun Berau, Lita Handini, bilang kalau sudah tiga tahun terakhir ini pihaknya rutin menyalurkan bibit kelapa ke petani di beberapa kecamatan. Jenisnya pun beragam, mulai dari kelapa pandan, kelapa entok, sampai kelapa biduk.

‎“Kalau kelapa biasa itu lama berbuah, bisa lima sampai tujuh tahun. Tapi yang ini dua atau tiga tahun saja sudah bisa panen,” katanya.

‎Setiap jenis kelapa juga punya tujuan berbeda. Untuk daerah wisata seperti Maratua, Disbun menyalurkan kelapa pandan. Pohonnya tidak terlalu tinggi, rasanya wangi khas pandan, dan cocok dijual sebagai kelapa muda buat wisatawan.

‎“Kelapa pandan ini memang disiapkan untuk mendukung wisata, jadi wisatawan bisa menikmati kelapa muda khas Berau,” jelas Lita.

‎Sementara itu, kelapa entok dan biduk lebih banyak ditanam di wilayah yang fokus pada hasil olahan, seperti santan. Jenis ini juga jadi solusi buat kebun lama di Biduk-Biduk, di mana banyak pohon kelapa tua yang tinggi dan sulit dipetik.

‎“Makanya kami dorong penanaman kelapa baru, supaya petani lebih mudah panen dan hasilnya juga lebih bagus,” tambahnya.

‎Sekarang, luas kebun kelapa di Berau sudah mencapai sekitar 2.310 hektare, tersebar di hampir semua kecamatan. Paling banyak di Biduk-Biduk dengan 1.400 hektare, disusul Batu Putih, Derawan, dan Maratua.

‎Dengan pengembangan ini, Disbun berharap kelapa bisa jadi komoditas yang bukan cuma menghasilkan santan dan minyak, tapi juga ikut mendukung sektor wisata dan ekonomi masyarakat desa.

‎“Kalau dikelola dengan baik, kelapa bisa jadi sumber penghidupan baru untuk banyak warga,” tutupnya. /Adv (*)