TANJUNG REDEB- Salah satu target utama Dinas Pendidikan (Disdik) Berau di tahun 2025 adalah mencapai angka nol Anak Tidak Sekolah (ATS). Meskipun dinilai penuh tantangan, Disdik Berau bertekad untuk mengatasi setiap hambatan yang ada demi pendidikan yang lebih merata.

Kepala Disdik Berau, Mardiatul Idalisah, mengungkapkan bahwa fenomena anak tidak sekolah di Berau dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu yang paling signifikan adalah perpindahan domisili anak-anak, yang terkadang menghambat mereka untuk mendaftar atau melanjutkan pendidikan di sekolah setempat.

“Sebagian besar anak tidak sekolah di Berau adalah mereka yang baru datang dan belum terdaftar di sekolah. Ini tentu menjadi tantangan besar bagi kami, namun kami berusaha memastikan mereka tetap bisa mendapatkan pendidikan,” jelas Mardiatul.

Untuk mengatasi masalah ini, Disdik Berau bekerja sama dengan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), yang menyediakan program pendidikan non-formal, seperti Paket A (setara SD) dan Paket B (setara SMP). Program ini memberi kesempatan kepada anak-anak yang putus sekolah untuk kembali belajar, meskipun melalui jalur yang tidak formal.

“Karena kewenangan daerah hanya sampai pada tingkat SD dan SMP, kami mengoptimalkan PKBM untuk memberikan kesempatan pendidikan bagi mereka yang belum terdaftar di sekolah formal. Ini adalah salah satu cara kami memastikan hak pendidikan mereka tetap terpenuhi,” tambahnya.

Selain itu, Disdik Berau memanfaatkan sistem Dapodik (Data Pokok Pendidikan) yang terintegrasi dengan Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) untuk memantau dan memperbarui data anak yang terancam tidak bersekolah. Dengan sistem ini, mereka bisa lebih mudah mengidentifikasi anak-anak yang membutuhkan intervensi pendidikan.

“Sistem ini sangat membantu kami dalam melakukan pendataan dan mengidentifikasi anak-anak yang butuh perhatian khusus. Dengan begitu, langkah-langkah yang diambil bisa lebih tepat sasaran,” ujar Mardiatul.

Namun, upaya menekan angka ATS bukanlah satu-satunya fokus Disdik Berau. Mardiatul juga menekankan pentingnya menciptakan lingkungan pendidikan yang aman, nyaman, dan bebas dari perundungan. Untuk itu, Disdik Berau melibatkan kepala sekolah dan tim dari KDOD LAN (Lembaga Administrasi Negara) untuk merancang kebijakan yang dapat mengurangi perundungan di sekolah-sekolah.

“Kami bekerja sama dengan kepala sekolah dan tim KDOD LAN untuk menyusun program yang mendorong rasa saling menghargai antara siswa. Ini penting untuk menciptakan suasana belajar yang mendukung perkembangan anak secara maksimal,” tutur Mardiatul.

Ke depan, Disdik Berau juga tengah mempersiapkan diri menghadapi perubahan kurikulum dan sistem penerimaan siswa baru pada 2025. Menurut Mardiatul, perubahan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Berau.

“Dengan berbagai program yang telah kami jalankan, kami berharap dapat menciptakan sistem pendidikan yang inklusif dan berkualitas, yang mendukung setiap anak untuk berkembang sesuai dengan potensi mereka,” pungkasnya.

Upaya Dinas Pendidikan Kabupaten Berau ini menunjukkan bahwa mereka tidak hanya berfokus pada penyelesaian masalah pendidikan jangka pendek, tetapi juga berkomitmen untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih baik dan berkelanjutan bagi generasi masa depan. (mrt)