Berau Tetapkan Arah Menuju Kota Kreatif: “Arah Lebih Penting daripada Kecepatan”
Berau, Kalimantan Timur — Upaya menjadikan Kabupaten Berau sebagai Kota Kreatif terus digelorakan. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Berau menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) Ekonomi Kreatif bertema “Berau Menuju Kota Kreatif” di Ballroom Hotel Grand Parama, Selasa (28/10) pagi.
Kegiatan yang bertujuan memperkuat peran sektor ekonomi kreatif dalam pembangunan daerah ini menghadirkan dua narasumber dari Yayasan Semesta Kota Bandung: Galih Sedayu, Pendiri sekaligus Pimpinan Yayasan, dan Putri Khaira Ansuri, Pejabat Pemasaran dan Public Relations.
Rakor dihadiri oleh Kepala Disparbud Berau Ilyas Natsir, sejumlah perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), pelaku ekonomi kreatif, perwakilan perusahaan, hingga penggiat subsektor kreatif di Bumi Batiwakkal.
Membangun Arah dan Kolaborasi
Ketua Panitia sekaligus Kepala Bidang Usaha Jasa Sarana Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Nurjatiah, menjelaskan bahwa rakor ini menjadi langkah penting untuk menyatukan persepsi lintas sektor.
“Tujuannya agar ada kolaborasi nyata antar-OPD dan pelaku kreatif, sehingga tercipta ekosistem ekonomi kreatif yang produktif di Berau. Hasil diskusi ini akan kami rumuskan dalam rencana aksi menuju 2026,” ujarnya.
Ekonomi Kreatif Harus Bernilai Nyata
Dalam sambutannya, Kepala Disparbud Berau Ilyas Natsir menegaskan bahwa ekonomi kreatif bukan sekadar ide atau inovasi, tetapi harus berdampak secara ekonomi.
“Kreativitas tanpa hasil ekonomi belum bisa disebut ekonomi kreatif,” tegasnya.
Ia juga menjelaskan perbedaan antara daya tarik wisata dan destinasi wisata.
“Keraton Sambaliung dan museum adalah daya tarik wisata. Tapi kalau Tanjung Redeb, itu sudah kawasan destinasi, dengan daya tarik seperti kulinernya,” jelas Ilyas.
Menurutnya, setiap daya tarik wisata perlu dihidupkan dengan aktivitas ekonomi kreatif agar mampu menggerakkan perekonomian lokal secara berkelanjutan.
Galih Sedayu: “Tentukan Arah, Baru Berlari Cepat”
Sementara itu, Galih Sedayu menekankan pentingnya penentuan arah dalam pengembangan ekonomi kreatif. Ia mencontohkan Korea Selatan yang sukses karena memiliki fokus jelas pada industri film dengan dukungan lintas sektor.
“Arah lebih penting daripada kecepatan. Jangan hanya ingin cepat, tapi belum tahu mau ke mana. Berau perlu punya kompas kebijakan yang jelas—baik jangka pendek, menengah, maupun panjang,” pesannya.
Ia juga menambahkan bahwa kota kreatif ideal harus terbuka, aman, tangguh, dan mampu memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Aspek keberlanjutan ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan juga perlu dijaga.
“Dalam membangun kota kreatif, tata kelola lebih penting daripada tata rupa. Semua pihak punya tanggung jawab untuk menjaganya,” tutur Galih.
Penuh Wawasan dan Rencana Aksi
Rakor yang berlangsung khidmat ini diisi dengan dua sesi pemaparan materi, diskusi terbuka, dan penyusunan rencana aksi dari peserta. Berbagai ide dan rekomendasi lahir untuk memperkuat arah kebijakan ekonomi kreatif Berau menuju kota yang inovatif dan berdaya saing.
Dengan semangat kolaborasi lintas sektor, Berau menegaskan langkahnya: bukan hanya menjadi kota yang bergerak cepat, tetapi kota yang bergerak ke arah yang benar—menuju Kota Kreatif Berau 2026. /ADV
(ZEN)
