TANJUNG REDEB – Suasana malam di Hotel Mercure Berau, Senin (28/7/2025), terasa berbeda dari biasanya. Lampu-lampu ballroom yang biasanya gemerlap untuk acara formal, malam itu menyinari peringatan yang lebih mendalam.

Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Dengan tema “Hentikan Polusi Plastik,” kegiatan ini tak hanya menjadi seremoni tahunan, tapi juga panggilan darurat bagi warga Berau.
Bupati Berau, Sri Juniarsih, berdiri tegak di podium, menyampaikan pesan yang lebih menyerupai keprihatinan ketimbang sambutan. Ia tak berbicara panjang lebar, namun setiap kalimatnya seperti mengetuk nurani hadirin.

“Polusi plastik bukan sekadar isu lingkungan. Ini adalah krisis nyata yang berdampak langsung pada kesehatan manusia, pada masa depan anak-anak kita,” ujarnya serius.

Ia mengungkap data yang cukup mencengangkan, sepanjang tahun 2024, jumlah sampah di Kabupaten Berau mencapai lebih dari 54 ribu ton. Dari jumlah tersebut, sepertiga di antaranya belum terkelola. Sampah-sampah itu, sebagian besar berbahan plastik, mengalir ke sungai, menumpuk di TPA, dan tak jarang menyumbat saluran air di permukiman warga.

Peringatan malam itu tak hanya diisi dengan sambutan, tetapi juga diskusi dan tayangan edukatif tentang dampak sampah plastik.

“Kita sedang menghadapi darurat sampah. TPA bukan solusi akhir. Sampah itu mestinya selesai di rumah, di RT, di kelurahan,” ujarnya.

Sri Juniarsih pun menekankan bahwa keterbatasan tenaga kebersihan di Berau menjadi alasan mengapa kesadaran warga menjadi kunci.

“Kalau bukan kita yang mulai memilah dan mengurangi sampah dari rumah, maka siapa lagi? Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri,” tegasnya.

Acara malam itu ditutup dengan komitmen bersama untuk memerangi sampah plastik. Beberapa peserta bahkan tampak membawa pulang tote bag kain berisi tumblr, simbol kecil untuk langkah awal perubahan besar. (adv/lit)